2011-05-27

Tahun-tahun di Swedia

Tulisan ini pada mulanya saya masukkan disitus saya Multiply (http://pakuwibowo.multiply.com/)

Text dibawah ini didasarkan pada text perkenalan diri saya di milis ”Komunitas Indonesia di Swedia” (KIDS). Saya telah lakukan sedikit editing dan sedikit tambahan dari text originalnya.

Saya ingin pergunakan kesempatan ini untuk menyampaikan sejemput pengalaman kerja saya di Swedia. Sekarang saya sedang menjalani hidup sebagai pensiunan di Swedia, dengan dompet tipis, tapi bisa hidup cukup layak. Tinggal bersama istri, Adeline, disebuah apartemen di Kista, pusat industri IT di Swedia atau apa yang dinamakan ”The Silicon Valley of Sweden”. Punya satu anak kelahiran Stockholm, Yanto, yang sudah ”utflugen” (punya apartemen sendiri dan punya kehidupan sendiri).

Saya mendapatkan Master saya dalam ekonomi tahun 1970 di Vysoka Skola Ekonomicka (The Prague School of Economics), Praha, Cekoslovakia (nama negeri waktu itu), sebuah sekolah dengan tradisi tua dan renomé yang tinggi. Dikirim sebagai mahasiswa ikatan dinas oleh pemerintahnya Sukarno. Karena itu saya termasuk apa yang dinamakan ex-mahid (ex mahasiswa ikatan dinas).

Bulan Mei 1973 kami pindah ke Swedia dan tinggal di Stockholm. Setelah mendapatkan permanent uppehållstillstånd (izin tinggal permanen), saya mulai kerja selama setahun sebagai kuli gudang (lagerarbetare). Kemudian ganti kerja sebagai supir bus SL dikota selama 12 tahun. Suatu perbaikan besar ketimbang pekerjaan sebelumnya.

Setelah itu beruntung diangkat menjadi sekretaris/trafficplanner di SL selama tiga tahun. Selain traffic-planning, disitu saya juga melakukan sedikit software maintenance/development serta mengurus soal-soal yang menyangkut computers. Akhirnya saya menjadi IT-Tekniker/IT-samordnare di SKAFAB (Stockholmsstads Afvallsförädling AB), yang setelah omorganisation (restructuring) berubah menjadi Renhållningsförvaltningen. Kegiatan utama kedua organisasi ini adalah waste management dan waste recycling. Selama lebih dari 15 tahun sampai pensiunan saya dalah IT-ansvarig (responsible dalam IT) untuk SKAFAB dan Renhållningsförvaltningen, ikut menyumbang dalam membangun dan memodernisir sistim IT mereka.

Walaupun pekerjaan-pekerjaan saya yang pertama di Swedia jauh tidak sesuai dengan kualifikasi yang pernah saya terima, tapi tokh saya merasa beruntung karena saya selama di Swedia tidak pernah menjadi tenaga penganggur seharipun juga. Oleh karena itu saya tidak pernah tergantung kepada ”socialbidrag” (tunjangan sosial), kecuali bulan-bulan permulaan sebelum mendapat izin tinggal/izin kerja. Selain itu, semua pekerjaan yang saya dapatkan adalah hasil perjuangan saya sendiri tanpa bantuan ”arbetsförmedlingen” (badan perantara kerja).

Post Scriptum

Setelah tulisan diatas dimasukkan di Multiply, serangkaian kejadian penting terjadi dalam hidup saya. Tanggal 27 November 2008, anak saya Yanto menikah dengan Neny Fitriani digedung City Hall di Stockholm. (lihat fotosnya di: http://www.flickr.com/photos/pakuwibowo/sets/72157610536331638/)

Tanggal 20 Agustus 2010 saya dan istri dikaruniai seorang cucu, Anthony (Anaknya Yanto dan Neny). Lihat fotosnya di: http://www.flickr.com/photos/pakuwibowo/sets/72157624949881970/).

Dan akhirnya tanggal 4 Februari 2011, istri tercinta Adeline meninggalkan kami untuk selama-lamanya dan dikebumikan dipemakaman ”Silverdals Griftegård” di Sollentuna, Stockholm.

2011-04-03

Masukan Tamu (Arya Warsitha)

In Memoriam

Junia Adeline Pakuwibowo

(1939-2011)


Bapak-bapak, ibu-ibu dan para sahabat sekalian ytc,

Sebagai salah seorang yang juga pernah belajar di Cekoslavakia, salah seorang ex-mahid bersama-sama dengan bung Tahir Pakuwibowo, Adeline dan banyak teman lain, dan atas nama teman-teman kami di Stockholm saya menyampaikan sepatah dua patah kata untuk melepas keberangkatan Adeline Pakuwibowo, teman kita yang tercinta, mendiang istrinya bung Tahir, meninggalkan kita untuk selama-lamanya, beristirahat dengan tenang dan damai disisi Tuhan Yang Maha Esa.

Saya kenal Adeline ketika mulai belajar di Praha. Adeline bersama bung Tahir adalah angkatan tahun 60-an yang mendapat beasiswa dikirim oleh pemerintah pimpinan mendiang Presiden Sukarno. Adeline dikirim mewakili daerah Nusa Tenggara Timur karena lusus SMA dengan hasil terbaik.

Adeline justru tidak lahir di Timor, tetapi di Cimahi, Jawa Barat, pada tanggal 29 juni 1939. Semasa hidupnya tiga kali Adeline mengalami trauma. Pertama ketika berumur 5 tahun, semasa pendudukan Jepang, bapaknya meninggal dunia karena dibunuh tentara Jepang. Tidak hanya itu saja,Adeline terpaksa mengungsi ke pedalaman bersama tantenya dan terpisah dari ibunya, itu terjadi ketika pendudukan kedua Belanda yang menjadikan Bandung sebagai lautan api. Ini trauma yang kedua.

Barulah setelah Belanda menyerahkan kembali kedaulatan Indonesia, kehidupan Adel mulai agak tenang. Bersama ibunya pindah dari Cimahi ke Kupang, ke Timor dan menamatkan sekolahnya hingga SMA.

Angkatannya Adeline termasuk Tahir, dll (semuanya 30 orang) memulai kehidupan di Ceko dengan belajar bahasa Ceko di Holesov. Setahun setelah belajar bahasa Adeline mulai kuliahnya di Sekolah Tinggi Ekonomi bersama bung Tahir. Setelah tamat Adeline mendapat titel Master of Social Sciences in Economic.

Selama studinya di Praha Adeline juga aktif di PPI dan ikut sebagai duta-budaya, memperkenalkan kebudayaan Indonesia dengan menyanyi dan menari. Dia juga aktif ikut mendiskusikan ajaran-ajaran bung Karno dan akhirnya telah terpilih sebagai bendahara Badan Pekerja Badan Koordinasi PPI-PPI se-Eropah yang waktu itu juga bung Tahir telah diangkat sebagai Ketuanya.

Setelah peristiwa 30 September, karena Adeline dengan teguh tetap mendukung mendiang Presiden Sukarno dan menentang orde baru yang dipimpin oleh Suharto, paspornya dicabut oleh KBRI Praha waktu itu, nasib yang sama menimpa juga para mahasiswa lainnya yang tetap teguh mendukung mendiang Presiden Sukarno. Ini traumanya yang ketiga.

Pada tanggal 22 Agustus 1968 Adeline menikah dengan bung Tahir Pakuwibowo, sehari sesudah pendudukan Ceko oleh tentara Rusia. Pendudukan Ceko oleh Rusia dan ketidak cocokkan dengan pemerintah baru menyebabkan mereka mengambil langkah untuk meminta asyl ke Swedia. Permintaan mereka dikabulkan dan sejak tahun 1973 mereka tinggal di Swedia dengan bahagia sampai Adeline meninggal tanggal 4 februari 2011. Sebelum meninggalnya Adeline telah dianugrahi seorang cucu Anthony Leonardo Pakuwibowo, yang dilahirkan dari perkawinan putranya Timur Tjahyanto Pakuwibowo dengan Neny.

Selamat jalan Adeline dan kami selalu akan mengenangmu.Beristirahatlah dengan tenang dan damai.

Terima kasih.

Arya Warsitha

2011-03-03

IN MEMORIAM ADELINE PAKUWIBOWO


(Sambutan suami pada penghormatan terakhir dan pemakaman Adel 25 februari 2011 di Stockholm)

Teman-teman yang tercinta,

Pertama-tama saya ingin mengucapkan beribu terima kasih atas kehadiran kalian semua disini untuk bersama-sama memberikan penghormatan terakhir kepada Adel yang tercinta. Setelah Adel meninggalkan kita semua untuk selama-lamanya, saya merasakan kehilangan yang sangat besar. Dihati ini menganga sebuah luka yang besar penuh kepedihan. Dada ini merasa hampa dan sepi. Adel dan saya telah hidup bersama selama lebih dari 42 tahun, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesusahan sampai kematian memisahkan kami. Dia adalah seorang istri yang setia yang selalu berada disisi suaminya dalam segala situasi. Hidup kami sudah saling jalin-menjalin menjadi satu, tak terpisahkan lagi. Dengan perginya Adel, pribadi saya tidak lagi terasa lengkap, hanya tinggal separo saja.

Kami menikah di Praha, Cekoslovakia, pada tanggal 22 Agustus 1968 dalam situasi yang sangat dramatis, karena sehari sebelum hari pernikahan, tentara Sovyet dan pakta Warsawa masuk dan mengokupasi Cekoslovakia untuk menghindarkan bangkitnya apa yang dinamakan” Sosialisme dengan wajah manusiawi.” Di Praha, pada hari pernikahan kami, tank-tank tentara Sovyet yang menakutkan terlihat dimana-mana. Untunglah akhirnya pernikahan kami dapat dilaksanakan juga sesuai dengan waktu yang telah lama direncanakan sebelumnya, walaupun secara darurat dan serba sederhana, tanpa pesta perkawinan. Barangkali peristiwa ini justru semakin mempererat jalinan jiwa kami berdua.

Adel adalah seorang perempuan yang kuat mentalnya, intelligent, mandiri, berpendirian teguh, sensitif, serta mempunyai perasaan mendalam untuk melawan ketidak-adilan didunia ini. Karena itu Adel tanpa memikirkan risiko, berdiri dipihak yang melawan ORBAnya Jendral Suharto yang telah merenggut kekuasaan dari bung Karno dengan kekerasan dan tangan yang bergelimang darah.

Walaupun adanya turbulens luar biasa dalam hidup kami dengan mengamuknya tragedi Nasional di Tanah Air pada masa kami sedang belajar, serta kegiatan perjuangan melalui PPI melawan ORBA, Adel tokh akhirnya berhasil meyelesaikan studinya dengan baik dan mendapatkan titel ”Master of Social Sciences”. Ini bukanlah sesuatu hal yang mudah. Saya sebut tadi bahwa Adel adalah seorang perempuan yang intelligent. Ketika dia lulus SMA, dia keluar sebagai siswa terbaik diseluruh NTT (Nusa Tenggara Timur). Oleh karena itulah dia diberi oleh pemerintah Sukarno beasiswa untuk belajar di Cekoslovakia sebagai wakil daerah.

Setelah pindah ke Swedia, dia mendapatkan kesempatan untuk bekerja menangani soal-soal perpajakan perusahaan. Sejak saat itu sampai hari pensiunnya, walaupun adanya berbagai proses reorganisasi ditempat kerjanya, Adel tidak pernah dilepaskan oleh Jawatan Perpajakan sebagai pegawainya. Oleh sebab itu, dalam karier kerjanya di Swedia, dia tidak pernah satu haripun mengalami pengangguran. Tahun 1975, merupakan salah satu tahun kebahagiaan kami berdua yang terbesar ketika Adel melahirkan putra kami satu-satunya, Yanto, disamping pernikahan Yanto dengan Neny pada tahun 2008 dan dikaruniainya kami dengan seorang cucu kebanggaan, Anthony, pada bulan Agustus 2010.

Adel senang sekali memasak. Dia mengumpulkan ribuan resep makanan dari segala macam sumber, dari buku-buku, dari majalah-majalah dan dari internet. Kue-kue bikinannya sangat populer diantara teman-teman sekerjanya. Di TV dia paling senang melihat program-program tentang masak memasak. Sejak kecil Adel senang membaca buku, yang tentunya sangat membantu studi dan pekerjaannya. Kecuali itu dia mencintai musik pula. Musik populer Indonesia yang indah dari tahun limapuluhan, musik klasik Barat serta musik pop Barat yang tertentu. Artist yang paling dia cintai adalah Eva Cassidy, mengapa beberapa lagunya kita dengarkan disini. Ironisnya, Eva Cassidy meninggal dunia karena juga terserang oleh penyakit kanker.

Penyakit kanker paru-paru Adel ditemukan oleh para dokter baru pada permulaan November 2010 ketika nyatanya sudah terlambat. Sesudah itu perkembangan penyakitnya berjalan cepat sekali. Dia keluar masuk Rumah Sakit berkali-kali, tapi para dokter tokh tidak bisa menolongnya lagi. Adel adalah seorang fighter. Dia berjuang dengan gigih melawan penyakitnya, tetapi ternyata kanker jahat itu jauh lebih berkuasa daripada badan Adel yang semakin melemah. Pada tanggal 4 Februari 2011, didepan mata saya yang sedih dan shocked, Adel menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya dengan tenang di Rumah Sakit Bromma, di Stockholm.

Dalam kesempatan ini saya ingin dengan rendah hati memohonkan maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan kekurangan Adel semasa hidupnya. Tak ada gading yang tak retak, kata pepatah. Dan kami sekeluarga, saya, Yanto, Neny dan Anthony, seluruh keluarga Pakuwibowo, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas semua pernyataan simpati serta solidaritas dari teman-teman semua. Selamat jalan Adelku yang tersayang dan istirahatlah dengan damai.