2011-03-03

IN MEMORIAM ADELINE PAKUWIBOWO


(Sambutan suami pada penghormatan terakhir dan pemakaman Adel 25 februari 2011 di Stockholm)

Teman-teman yang tercinta,

Pertama-tama saya ingin mengucapkan beribu terima kasih atas kehadiran kalian semua disini untuk bersama-sama memberikan penghormatan terakhir kepada Adel yang tercinta. Setelah Adel meninggalkan kita semua untuk selama-lamanya, saya merasakan kehilangan yang sangat besar. Dihati ini menganga sebuah luka yang besar penuh kepedihan. Dada ini merasa hampa dan sepi. Adel dan saya telah hidup bersama selama lebih dari 42 tahun, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesusahan sampai kematian memisahkan kami. Dia adalah seorang istri yang setia yang selalu berada disisi suaminya dalam segala situasi. Hidup kami sudah saling jalin-menjalin menjadi satu, tak terpisahkan lagi. Dengan perginya Adel, pribadi saya tidak lagi terasa lengkap, hanya tinggal separo saja.

Kami menikah di Praha, Cekoslovakia, pada tanggal 22 Agustus 1968 dalam situasi yang sangat dramatis, karena sehari sebelum hari pernikahan, tentara Sovyet dan pakta Warsawa masuk dan mengokupasi Cekoslovakia untuk menghindarkan bangkitnya apa yang dinamakan” Sosialisme dengan wajah manusiawi.” Di Praha, pada hari pernikahan kami, tank-tank tentara Sovyet yang menakutkan terlihat dimana-mana. Untunglah akhirnya pernikahan kami dapat dilaksanakan juga sesuai dengan waktu yang telah lama direncanakan sebelumnya, walaupun secara darurat dan serba sederhana, tanpa pesta perkawinan. Barangkali peristiwa ini justru semakin mempererat jalinan jiwa kami berdua.

Adel adalah seorang perempuan yang kuat mentalnya, intelligent, mandiri, berpendirian teguh, sensitif, serta mempunyai perasaan mendalam untuk melawan ketidak-adilan didunia ini. Karena itu Adel tanpa memikirkan risiko, berdiri dipihak yang melawan ORBAnya Jendral Suharto yang telah merenggut kekuasaan dari bung Karno dengan kekerasan dan tangan yang bergelimang darah.

Walaupun adanya turbulens luar biasa dalam hidup kami dengan mengamuknya tragedi Nasional di Tanah Air pada masa kami sedang belajar, serta kegiatan perjuangan melalui PPI melawan ORBA, Adel tokh akhirnya berhasil meyelesaikan studinya dengan baik dan mendapatkan titel ”Master of Social Sciences”. Ini bukanlah sesuatu hal yang mudah. Saya sebut tadi bahwa Adel adalah seorang perempuan yang intelligent. Ketika dia lulus SMA, dia keluar sebagai siswa terbaik diseluruh NTT (Nusa Tenggara Timur). Oleh karena itulah dia diberi oleh pemerintah Sukarno beasiswa untuk belajar di Cekoslovakia sebagai wakil daerah.

Setelah pindah ke Swedia, dia mendapatkan kesempatan untuk bekerja menangani soal-soal perpajakan perusahaan. Sejak saat itu sampai hari pensiunnya, walaupun adanya berbagai proses reorganisasi ditempat kerjanya, Adel tidak pernah dilepaskan oleh Jawatan Perpajakan sebagai pegawainya. Oleh sebab itu, dalam karier kerjanya di Swedia, dia tidak pernah satu haripun mengalami pengangguran. Tahun 1975, merupakan salah satu tahun kebahagiaan kami berdua yang terbesar ketika Adel melahirkan putra kami satu-satunya, Yanto, disamping pernikahan Yanto dengan Neny pada tahun 2008 dan dikaruniainya kami dengan seorang cucu kebanggaan, Anthony, pada bulan Agustus 2010.

Adel senang sekali memasak. Dia mengumpulkan ribuan resep makanan dari segala macam sumber, dari buku-buku, dari majalah-majalah dan dari internet. Kue-kue bikinannya sangat populer diantara teman-teman sekerjanya. Di TV dia paling senang melihat program-program tentang masak memasak. Sejak kecil Adel senang membaca buku, yang tentunya sangat membantu studi dan pekerjaannya. Kecuali itu dia mencintai musik pula. Musik populer Indonesia yang indah dari tahun limapuluhan, musik klasik Barat serta musik pop Barat yang tertentu. Artist yang paling dia cintai adalah Eva Cassidy, mengapa beberapa lagunya kita dengarkan disini. Ironisnya, Eva Cassidy meninggal dunia karena juga terserang oleh penyakit kanker.

Penyakit kanker paru-paru Adel ditemukan oleh para dokter baru pada permulaan November 2010 ketika nyatanya sudah terlambat. Sesudah itu perkembangan penyakitnya berjalan cepat sekali. Dia keluar masuk Rumah Sakit berkali-kali, tapi para dokter tokh tidak bisa menolongnya lagi. Adel adalah seorang fighter. Dia berjuang dengan gigih melawan penyakitnya, tetapi ternyata kanker jahat itu jauh lebih berkuasa daripada badan Adel yang semakin melemah. Pada tanggal 4 Februari 2011, didepan mata saya yang sedih dan shocked, Adel menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya dengan tenang di Rumah Sakit Bromma, di Stockholm.

Dalam kesempatan ini saya ingin dengan rendah hati memohonkan maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan kekurangan Adel semasa hidupnya. Tak ada gading yang tak retak, kata pepatah. Dan kami sekeluarga, saya, Yanto, Neny dan Anthony, seluruh keluarga Pakuwibowo, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas semua pernyataan simpati serta solidaritas dari teman-teman semua. Selamat jalan Adelku yang tersayang dan istirahatlah dengan damai.

4 kommentarer:

Sensen's Thought sa...

Sekali lagi, kami ikut berduka cita atas berpulangnya Ibu Adel. Semoga Pak Tahir dan keluarga ikhlas dan tawakal.

Saya senang membaca kenangan Pak Tahir tentang Bu Adel, sangat sayang saya tak sempat berkenalan langsung dengan beliau. Mudah-mudahan Ibu mendapat tempat terbaik di alam baqa.

salam dari kami sekeluarga
Sensen dan Gustafsson Family
Hallstavik

Unknown sa...

Kepada keluarga Tahir Pakuwibowo yb, dengan perantaraan media ini, kami sekeluarga dari Nijmegen-Belanda, sekali lagi mengucapkan rasa dukacita kami atas kepergian mbak Adeline dan juga mengucapkan untuk kalian semua yang ditinggalkannya, agar tetap kuat lahir dan bathin atas kepergiannya. Semoga arwahnya diterima disisi Tuhan YME. Amin.
Salam kami sekeluarga, Poernomo Reksoprodjo.

Unknown sa...

Untuk seluruh keluarga Pakuwibowo di Swedia bersama ini sekali lagi saya ucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya teman lama kami Ibu Adelina Piga Pakuwibowo.

Rasanya belum lama ini kita bersama kuliah di Prague School of Economics, sembari peduli pada Tanah Air lewat kegiatan dlm perpolitikan mhsw Indonesia di Eropa, lalu pasca 1965-66 tegar dlm segala turbolensi kehidupan.

Semoga arwah Adelina diterima disisiNya. Semoga Tahir, Yanto sekeluarga terus tabah.

Wassalam,
Bismo D.Gondokusumo & keluarga
Praha, Czech Rep

Ria Basoeki sa...

mewakili kel. alm Abdul Aziz, saya turut berduka yang mendalam atas berpulangnya ibu Adel.. semoga alm kini berbahagia dan damai dirumah abadinya, disamping Sang Pencipta..

Dan kepada keluarga alm yang sangat mencintainya, semoga diberikan ketabahan dan kekuatan untuk terus menapaki hari2 sepeninggal alm dan selalu berada dalam lindungan Tuhan yang Maha Baik... Amiiiin...